Jumat, 25 April 2014

Canggung

Kuketikkan panjang -panjang karakter yang akan aku kirimkan padamu.
Penuh-penuh aku memikirkannya. 
Lantas kuteringat bahwa betapa kakunya pertemuan terakhir kita. 
Canggung tak karuan, meskipun sudah mencoba biasa dan membuat suasana menjadi lebih baik. 

Ku hapus cepat-cepat puluhan karakter itu dan aku pikirkan kata-kata yang menurutku lebih pantas untuk memecah tembok kekakuan dan kecanggungan ini. Kita sama-sama tahu bahwa tak perlu lagi penjelasan ini itu. Hanya perlu sebuah keberanian untuk memulai percakapan. 

Kecanggungan, buah dari rindu yang tak sempat matang. 
Rindu yang berjawab pada deret-deret kalimat dan gambar di dunia maya.
Rindu yang membuat kaku ini menjadi semakin angkuh. 
Ketahuilah, aku ingin menyapamu. 
Entah dengan teriakan marah palsu atau dengan kelembutan minta maaf. 

Di penghujung malam, hanya kupandangi lekat-lekat layar percakapan terakhir kita. Menyerah, tak jadi ku kirimkan apapun padamu. Berharap keajaiban datang esok pagi. Hingga canggung itu sirna karena keimanan kita.

Untukmu, hati yang padamu sering kurasakan canggung itu. 
Juga untukmu, yang telah lama kita diam karena kesalahpahaman yang tertimbun oleh kesibukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar