Sabtu, 06 September 2014

I'm fine, and always be fine..

Hai, Selamat malam..
Aku menuliskan ini, tanpa tendensi apapun.

Pertama, aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun, dan selamat jadi sarjana. Semoga sidang kemarin menjadi salah satu hadiah terbaik diumurmu yang ke-23. Umur baru, dan tanggung jawab baru..

Oh ya, mengenai sebuah hadiah yang kutitipkan waktu itu, semoga tidak menimbulkan prasangka apapun ya. Itu sudah kupersiapkan jauh hari sebelum semua kondisi menjadi seperti saat ini. Aku sempat memutuskan untuk tidak jadi memberikan itu kepadamu, namun akhirnya aku memutuskan untuk menitipkannya saja. Aku tidak ingin ada prasangka yang menyebabkan kamu dan dia terlibat dalam sebuah kesalah pahaman hanya karena hadiah itu. Maafkan jika itu terjadi. Kamu boleh menyumbangkan itu ke Panti Asuhan, atau mungkin memberikannya pada anak-anak di foodcourt, kalau itu memang lebih jauh akan menimbulkan kesalah pahaman yang tidak aku, kamu, dan dia inginkan.


Kedua, tentang kabarku..
Aku baik, tenang saja. Terima kasih sudah menanyakan kabarku.
Seperti yang ia sampaikan, I'm fine, and always be fine..

Jumat, 29 Agustus 2014

I will (not) give up..

Kapan kau akan menyerah?
Pada baris baris panjang kata yang tak kau ketahui apakah sama, milikmu dan miliknya.

Kapan kau akan menyerah?
Pada denyut akut yang merajut di hari yang  tak pasti.

Kapan kau akan menyerah?
Pada setiap doa yang mengharap belas kasihNya?

Kapan kau akan menyerah?
Pada bulir bulir tasbih suci yang mengalir di pipi.

Kapan kau akan menyerah?
Pada rasa cemburu yang bukan hakmu?

Kapan kau akan menyerah?
Pada rasa (sesak) yang memenuhi rongga dada..


Ketahuilah dengan pasti, bahwa segala apa yang ada di langit dan bumi milikNya abadi. Bukankah hatimu dan hatinya milikNya juga? 
Bukankah dirimu dan dirinya masih memiliki Tuhan yang sama? 
Kini, menyerahlah duhai hati. Menyerahlah, pada ketatapan dan kebaikan takdirNya. Bertekadlah dan yakinlah bahwa bersamaNya segalanya akan baik-baik saja. Walau itu tak mudah, tapi cobalah. Tahanlah walau itu sakit. Seraya berdoa, menghamba padaNya. 

Jogja, diantara ragu-ragu itu... 

Selasa, 19 Agustus 2014

It will not to be going to..

Kemarin malam, terjadi sebuah percakapan random sekali antara Ratri denganku via whats app. Sampai akhirnya, munculah sebuah pertanyaan yang cukup membuatku tertegun sejenak untuk menjawabnya.
Kalau dia datang ke Mba karena sadar, Mba mau nerima ga? 
Maksudnya datang dengan sadar? 
Ya, dia sadar bahwa orang yang dia cintai itu Mb. Kemanapun, dengan siapapun dia jalan, Mb yang dia inget. If he loves you and choose you. Will you? 
Yes, I Will.. Tapi itu hanya pengandaian Rat. It will not to be going to.. 
Alamaak.. Doa. Aku mau doain. In every single day I have. Setidaknya saat aku ingat. Hope I can tell that man, and give him courage to do what should he do. But in the end, Allah sajalah. Makanya fashbir fashabran jamiilaa. Semoga Masnya menjadi jodoh Mb dunia akhirat ya. Semoga hatinya Allah lembutkan.. 
Yaa, biar Allah yang tunjukkan jalannya..

Aku meyakini, sebuah doa itu mempunyai daya untuk menganulir takdir. Namun aku belum yakin, apakah aku siap jika takdir itu jatuh padaku.
Yaa Rabb, Engkau sebaik-baiknya perencana, ku serahkan semuanya dengan rencana (takdir) terbaikMu..

Kamis, 07 Agustus 2014

Dalam diam, melewati kemarau..

Aku sedang kehabisan kata-kata.
Bukan untuk membisu. Hanya memberi jeda.
Pada jam dinding yang berdetik, 
pada mata yang mencari, 
pada bibir yang terkunci, 
pada hati yang merajam diri.

Hanya memberi jeda, hingga kelak malam menjemput siang. 

Saat semua tak lagi dalam terka, 
meraba gelap yang membutakan, yang menjatuhkan.

Aku tak sedang kehabisan suara untuk berteriak.Hanya memberi jeda, untuk melodi alam menyambungkan hati-hati yang bingung, yang sedang meracun dalam gelap.

Aku tak sedang melepas balon udara ke langit tanpa batas, tanpa tahu kemana kelak ia kan membumbung. Hanya sedang memberi jeda, memberi waktu pada kesempatan, untuk aku dan untuk kamu, untuk kita dipertemukan.

Aku hanya sedang bersabar, 

sesabarnya hujan, 
sesabarnya tanah, 
bersabda dalam diam, melewati kemarau.

Kamis, 10 Juli 2014

Rindu..

Kau harus tahu,
Bahwa tidak semua rindu
dapat terlafalkan dengan syahdu,
Karena banyak juga kerinduan yang tersimpan rapi dalam bisu

Barangkali karena kelewat  gengsi mengakui rindu
Atau terlalu sungkan membebanimu dengan kata itu

Maka kau harus percaya,
Bahwa selalu ada orang yang diam-diam merindu dalam balutan doa,
Mengharapkan kau baik-baik saja ‘disana’…(atau entah dimana)

Berpijak..

Kau tak perlu mengerti dulu untuk merasakan sesuatu. 
Kau hanya perlu merasakannya. 
Kau hanya perlu mengalaminya.
Hari ini kembali check up. Hasilnya? Tidak bisa dibilang baik. Kondisi fisik masih memerlukan perhatian khusus ternyata. Dokter kembali memberikan beberapa resep, kali ini dengan dosis yang lebih tinggi sepertinya, dan benar-benar memperingatkan ku. Aku hanya mendengarkan.

Ah, kondisi ini benar-benar membutuhkan sebuah kesabaran..
Ada tanggung jawab yang belum terselesaikan.
Ada mimpi-mimpi yang belum terwujud.
Ada buku-buku yang belum terbaca.
Ada tempat-tempat yang belum ditapak..

Engkau Yang Maha Baik, 
Aku hanya ingin berpijak, agar dapat merekam setiap jejak..

Rabu, 09 Juli 2014

Ramadhan ke-10

Di sini sudah mulai sepi.
Saya semakin ingin segera pulang.
Namun ada tanggung jawab yang masih harus diselesaikan di sini..

Ramadhan ini, Insya Allah akan menjadi ramadhan terakhir saya disini..
Tahun depan, semoga masih bisa bertemu ramadhan kembali..
Entah dimana saya akan menyambut kedatangannya..
Namun, semoga dengan keimanan yang lebih baik lagi dari tahun ini, (semoga)..