Kamis, 27 Februari 2014

Suatu pagi di tanggal 12 Februari


12 Februari 2014..

Pukul 09.00
Saya masih malas beranjak dari kasur, sambil menyelesaikan buku yang semalam belum selesai saya baca tiba-tiba handphone saya berdering, terlihat nama yang muncul di layar : BEM Pipit

"Halo, Ka, lagi dimana?"
"Lagi di kosan Pit, ada apa?"
"Ini aku di depan kosanmu.."
"Hah?? Iya, tunggu sebentar.."

Biasanya Pipit kalau mau ke kosan itu sms dulu, ini tiba-tiba langsung dateng aja. Ah, mungkin lagi buru-buru.
Saya membuka pintu kosan..
Dan..

Taraa..

Saya tidak hanya menemui Pipit yang ada di depan pintu kosan saya, tapi ternyata sudah ada Fuad, Dio, dan Yanu.. -,-

Jumat, 21 Februari 2014

"mbok ya di sini aja Mbak.."

"Kau tahu apa yang menyenangkan saat bertemu anak-anak, dibanding manusia dewasa? Karena anak-anak itu miskin kepura-puraan. Saat pertama bertemu kau akan tahu mereka menyukaimu atau tidak. Dan itu tulus."
-Ririh Zuhrina-
"Eh, itu ada mbak Ika.." 
Saya yang sedang membaca, tiba-tiba dihampiri oleh empat orang anak..
Raihan, Melisa, Fitri, dan Zahra. Kursi yang disamping saya kosong, tiba-tiba langsung dipenuhi oleh empat anak ini.
"Mbak, lagi baca apa e mbak?" tanya Raihan yang langsung duduk di sebelah kiri saya.
"Judul bukunya 'Ayah'.
"Ini apa mbak?" tanya Raihan sambil memegang pembatas buku yang bergambar daun dan ada kupu-kupunya.
"Itu pembatas buku, biar ga lupa bacanya tadi sampai mana."
"Mbak, bawa laptop ga?"
"Lagi ga bawa dek.."
"Yaah.. boleh pinjem hpnya mbak?"
Saya tersenyum, "Iya, ini.."
Raihan langsung main game 'snake'. Satu-satunya game favorit di hp saya.. :)

Rabu, 19 Februari 2014

Tentang; kata

Tentang kata, yang mungkin tak pernah sampai.
Kau, masih sosok yang sama, yang melontarkan guyonan anehmu, entah, sepertinya terlalu aneh hingga orang-orang bisa tertawa karenanya. 
Aku hanya bisa tersenyum kecil.

Kau menatapku, beberapa detik, seakan bertanya kepadaku, “bagaimana kabarmu?”. Tanpa terucap, hanya terbalaskan senyuman, lalu kau kembali fokus kepada orang-orang di depanmu. Kau bahkan masih sosok yang sama, dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahmu.
Kau kembali menatap. Aku terlalu malu untuk membalas, takut jika hatiku kau baca. Walaupun kau pernah bilang, bahwa kau orang yang tak pandai membaca hati, apalagi itu hatiku.

Selasa, 18 Februari 2014

Pembiaran

Ternyata cinta mempunyai mekanisme sendiri dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.
Pembiaran. Ya, pembiaran.
Mereka dengan sengaja membiarkan sebagian masalah itu terjadi. Dan tidak memikirkannya. Apalagi menyelesaikannya.


Karena tidak semua masalah memang harus dipikirkan.
Karena tidak semua masalah memang harus diselesaikan.
Karena memang banyak masalah yang selesai karena tidak dipikirkan dan tidak diselesaikan.

Kapan terakhir kali kita ....

Kapan terakhir kali kita bertemu?
Kapan terakhir kali kita saling menyapa?
Kapan terakhir kali kita berbicara?
Kapan terakhir kali kita saling menatap?
Kapan terakhir kali kita tertawa bersama?
Kapan terakhir kali kita menertawakan hal-hal konyol yang pernah kita lakukan?

Kapan terakhir kali kita bercerita tentang banyak hal?
tentang kesibukan kita masing-masing,
tentang aktivitas kuliah,
tentang mimpi kita masing-masing yang ingin diwujudkan,tentang orang-orang disekeliling kita,
tentang pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di kepala?

Permohonan maaf yang (mungkin) tak pernah sampai

Pukul 03.20

Mungkin kamu sudah tahu sebelumnya, jika aku lebih suka memilih menyampaikan sesuatu mengalir lewat kata-kata daripada harus bertatap muka denganmu, aku takut..

Haha, jangan bingung dan jangan tertawa, aku bukan takut padamu.. :)
Aku takut tidak dapat mengendalikan rasa dan sikapku ketika aku bertemu denganmu, aku takut tidak dapat menjaga diriku sendiri, terutama hatiku.
Aku takut terhadap ketakutan yang dibuat oleh diriku sendiri.
Aku malu..

Boleh aku jelaskan semuanya disinii?
Aku harap kamu mau mendengarkannya sampai selesai..
Entah kapan penjelasan ini akan sampai padamu, hingga membuatmu mengerti, aku khawatir tidak cukup lagi waktuku untuk menjelaskan ini semua padamu..

Tembok Pertahanan yang runtuh


Jika ditanya kapan kita pertama kali bertemu? dan dimana?
Mohon maaf, aku tidak bisa mengingatnya, aku tidak bisa mengingat kapan pertama kali kita bertemu, dan dimana kita mulai saling memperkenalkan diri. Yang kusadari adalah tiba-tiba saja aku sudah mengenal kamu, kemudian kita saling berusaha untuk menjadi teman yang baik.

Tentang: Hukum I Thermodinamika



"Kamu tahu hukum I Thermodinamika, Ra?"
"Hmm, energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Kita hanya dapat mengubah bentuk energi, iya kan?"
"Iya.. tidak ada energi yang tiada, adanya berubah bentuk, energi itu kekal, begitu juga dalam hal pengorbanan, Ra"
"Maksudnya?"
"Pada hakikatnya kita akan terus berkorban untuk orang-orang yang kita cintai Ra, keluarga, orang tua, teman, dan untuk seseorang dimasa depanmu, namun jangan pernah sekalipun kamu merasa pernah berkorban untuk mereka. Karena sesungguhnya tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Yang ada, pengorbanan yang telah kamu lakukan akan berubah bentuk, menyublim menjadi butiran-butiran kenangan dalam doa."  
Aurora, 22 Januari

Berbalas oleh semesta

Hal apa yang lebih membahagiakan di dunia ini selain mengetahui bahwa sebuah permohonan kecilmu padaNya terwujud??
Itu membahagiakan sekali kawan.. :) 

Walapun bagi sebagian orang mungkin itu hal yang biasa-biasa saja, namun permohonan itu yang selalu kau pinta padaNya.. 
Jika kerinduan tanah kemarau yang mengharap perjumpaan rintik-rintik hujan saja terbalas, maka sejatinya tidak ada sesuatu apapun yang tidak berbalas oleh semesta…

Ditulis bersama hujan yang turun di akhir November 2013

Tentang: Menumbuhkan

Selamat malam, Ra..
Rasanya sudah lama kita tidak banyak bercerita.
Apakah pagi menceritakan padamu tentang hujan yang mengawali harinya?
Atau hujan berbicara langsung, tentang doa yang diucap dari seseorang yang sedang memendam rindu diam-diamnya?

Kamu tahu, terkadang memang ada hal-hal yang tidak seharusnya tumbuh.
Terkadang juga, kita tidak selalu menuai apa-apa yang telah kita tanam.

Tentang: menjaga

Karena pada hakikatnya, kita tidak pernah memiliki apa-apa..
Kita (hanya) tumbuh..
Kemudian bertanya; Hal apa yang sulit dari bertumbuhnya sesuatu?

(adalah) menjaga..

Maka, jaga dan rawatlah apa yang ada,
Sebelum semua itu kembali menjadi tiada..

P.s:
Untuk siapapun yang menyadari bahwa sejatinya kita tidak pernah memiliki apa-apa, bahkan untuk setiap detik hembusan nafas kita saat ini…