Kamis, 29 Mei 2014
Tidak boleh. titik.
Aku tidak pernah merasa se'kacau' ini sebelumnya.
Sudah satu jam layar microsoft word terbuka, tapi baru satu paragraf yang tertulis. Aku berusaha berkonsentrasi untuk lebih fokus terhadap apa yang kukerjakan sekarang. Tapi kenyataannya nihil.
Pikiranku bercabang. Hahaha, ternyata bukan rambut saja yang bercabang ya, pikiran manusia pun begitu. Gumamku menghibur diri sendiri.
Walaupun aku tau sumber dari segala ketidak fokusanku adalah.... ah, sudahlah.. Dulu aku berfikir benci tapi rindu hanya ada di lagu.
Aku tidak percaya dengan semua perasaan itu..
Tapi nyata sekarang? Sial.. sepertinya aku mengalami itu..
Disatu sisi aku rindu denganmu, tapi disisi lain aku membenci rasa rinduku itu. Kamu ingin tahu rasanya seperti apa? Jadilah seperti aku saat ini..
Titik terendah..
"Mencintai saat kecintaan kita dalam kondisi terbaiknya adalah hal yang mudah dan lumrah. Tapi, mampukah kita mencintai saat ia dalam kondisi yang paling tak layak untuk dicintai? Karena sesungguhnya, manusia paling ingin dicintai saat tak ada satu orangpun mau mencintainya."Kamu tahu hal salah satu hal yang membahagiakan di dunia ini?
-RR-
Adalah ketika kamu berada dalam titik terendahmu, ketika kamu terjatuh, selalu ada orang-orang yang memberikanmu semangat, walaupun mereka tidak selalu mengulurkan tangan untuk membantumu kembali bangkit, namun mereka berucap 'Semangat Ra'...
Selasa, 13 Mei 2014
Hempaskan saja..
Ada perasaan-perasaan yang belum layak untuk terungkapkan.
Tetapi justru membebani apabila kita tetap bungkam.
Ada harapan-harapan yang justru terasa menakutkan.
Namun menyesakkan jika terus dipendam..
Jadi,
Hempaskan saja ke udara..
Atau,
Leburkan saja dalam sujud..
Kembalikan saja semua asa kepadaNya..
Ya, kepadaNya saja..
Tetapi justru membebani apabila kita tetap bungkam.
Ada harapan-harapan yang justru terasa menakutkan.
Namun menyesakkan jika terus dipendam..
Jadi,
Hempaskan saja ke udara..
Atau,
Leburkan saja dalam sujud..
Kembalikan saja semua asa kepadaNya..
Ya, kepadaNya saja..
Biarkan saja...
Barangkali kita masih perlu banyak berbenah.
Tak perlu sibuk menujukkan eksistensi, mari sejenak evaluasi diri.
Tak perlu kau jamah raganya..
Biar Ia tunjukkan jalannya..
Biar Ia yang mengetuk pintu hatinya..
Mungkin butuh akselerasi, agar kelak dapat berjalan mengiringi..
Tak perlu sibuk menujukkan eksistensi, mari sejenak evaluasi diri.
Tak perlu kau jamah raganya..
Biar Ia tunjukkan jalannya..
Biar Ia yang mengetuk pintu hatinya..
Mungkin butuh akselerasi, agar kelak dapat berjalan mengiringi..
Kamis, 01 Mei 2014
Selamat Pagi Perempuan Senja
Ada dua jenis kerinduan.
Kerinduan pertama tersebab kita pernah merasakan sesuatu dan kita menginginkannya kembali.
Kerinduan kedua tersebab kita tak pernah mengalaminya, dan benar-benar ingin merasakannya, menunggu dalam penantian yang lugu.
Aku, memilih yang kedua..
-Fahd Djibran
Ada yang lebih dingin dari titik embun di rerumputan pagi ini;
rindu yang membeku, jauh di kedalaman hati yang lugu..
Selamat pagi Perempuan pengagum senja,
Pagi yang basah, tersebab turunnya berkah..
Rabu, 30 April 2014
Jika memang benar Jogja itu istimewa, dari sini mestinya muncul generasi pemimpin berikutnya.
Jogja adalah saksi mata, jutaan sarjana yang diwisuda.
Banyak yang sukses dan kaya raya, juga yang merasa siap memimpin bangsa.
Pendidikan memang membuka banyak kesempatan, tapi pendidikan tak otomatis lahirkan kepemimpinan.
Pemimpin tak lahir karena ijazah, tapi oleh kerja keras dan kepedulian yang terus diasah.
Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk?
Apa gunanya sekolah tinggi-tinggi, jika hanya perkaya diri sendiri dan famili?
Bagaimana akan bersikap anti-korupsi, jika sejak muda hanya sibuk dengan urusan sendiri?
Tak ada yang tiba-tiba bagi calon pemimpin bangsa, kecakapan bukan salinan genetika.
Inspirasi datang dari hidup yang tahan uji, pemimpin muncul dari tempaan yang tiada henti.
Jumat, 25 April 2014
Canggung
Kuketikkan panjang -panjang karakter yang akan aku kirimkan padamu.
Penuh-penuh aku memikirkannya.
Lantas kuteringat bahwa betapa kakunya
pertemuan terakhir kita.
Canggung tak karuan, meskipun sudah mencoba
biasa dan membuat suasana menjadi lebih baik.
Ku hapus cepat-cepat
puluhan karakter itu dan aku pikirkan kata-kata yang menurutku lebih
pantas untuk memecah tembok kekakuan dan kecanggungan ini. Kita
sama-sama tahu bahwa tak perlu lagi penjelasan ini itu. Hanya perlu
sebuah keberanian untuk memulai percakapan.
Kecanggungan, buah dari rindu
yang tak sempat matang.
Rindu yang berjawab pada deret-deret kalimat dan
gambar di dunia maya.
Rindu yang membuat kaku ini menjadi semakin
angkuh.
Ketahuilah, aku ingin menyapamu.
Entah dengan teriakan marah
palsu atau dengan kelembutan minta maaf.
Langganan:
Postingan (Atom)