Waktu perlahan menyembuhkan luka..
Aku terus memohon kedamaian hati dan jiwa.
Katanya, mengulang doa-doa itu seperti kayuhan sepeda.
Perlahan, ia akan membawamu ke arah yang kamu tuju.
Tidak diperlukan lagi sebuah penjelasan, karena nyatanya aku sudah terlalu lelah untuk menjelaskan.
Tidak perlu lagi ada penyelesaian, karena nyatanya tidak ada yang perlu diselesaikan.
Pada akhirnya aku hanya bergumam dalam hati, besabarlah wahai diri.
Hanya dengan doa, aku berharap dapat sembuhkan luka.
Mengharap belas kasihnya, untuk tidak membiarkan rasa nyeri di hati ini bersemayam lebih lama lagi.
Bersama raga yang telah melangkah pergi.
Rabu, 03 Desember 2014
Selasa, 25 November 2014
Halaman Persembahan
Kita tidak pernah
tahu,
lisan siapa yang
mengucap doa, sehingga kita bisa dengan tenang melewati segala ujian kehidupan.
Kita tidak pernah
tahu,
tangan siapa yang
menghantarkan doa, sehingga apa-apa yang diinginkan bisa kita dapatkan.
Meski demikian,
Kita selalu paham
bahwa ada sepasang manusia yang diam-diam tak pernah alpa mendesah nama kita
dalam doa; kedua orang tua.
Teruntuk Mama dan
Papa yang telah menunggu dengan kesabaran,
terima kasih selalu
mengiringi langkah anak-anakmu lewat doa.
Kepada yang setia
mendoakan, menyemangati,
hingga menyempatkan
hadir seusai sidang, terima kasih.
Pada
akhirnya, hidup adalah doa yang panjang..
Mata ini basah. Entah apa sebabnya.
Mungkin semacam kesal yang terakumulasikan. Aku masih belum mengerti mengapa Allah menghadirkan dia dihidupku.
Selalu, dan selalu terulang lagi.
Sebagai manusia dewasa, seharusnya kita bisa saling mengevaluasi diri. Aku merasa sudah selesai berurusan denganmu. Aku mencoba mengendalikan diri dan memaafkan kesalahanmu terdahulu. Aku mencoba menjalin hubungan perteman seperti biasa.
Ikhlas..
Ya, mungkin ikhlas..
Dan mungkin ikhlas itu adalah saat kita benar-benar berhenti bertanya 'mengapa'. Nyatanya, aku belum mampu..
Atas ketidakmungkinan yang diam-diam aku harapkan.
Atas ketidakpastian dimasa depan yang terkadang terlalu aku khawatirkan.
Atas kebaikan yang seringkali disalah artikan.
Atas doa-doa yang senantiasa dipanjatkan setiap malam.
"..maka bersabarlah. dengan kesabaran yang baik.."(Al Ma'arij: 5)
Mungkin semacam kesal yang terakumulasikan. Aku masih belum mengerti mengapa Allah menghadirkan dia dihidupku.
Selalu, dan selalu terulang lagi.
Sebagai manusia dewasa, seharusnya kita bisa saling mengevaluasi diri. Aku merasa sudah selesai berurusan denganmu. Aku mencoba mengendalikan diri dan memaafkan kesalahanmu terdahulu. Aku mencoba menjalin hubungan perteman seperti biasa.
Ikhlas..
Ya, mungkin ikhlas..
Dan mungkin ikhlas itu adalah saat kita benar-benar berhenti bertanya 'mengapa'. Nyatanya, aku belum mampu..
Atas ketidakmungkinan yang diam-diam aku harapkan.
Atas ketidakpastian dimasa depan yang terkadang terlalu aku khawatirkan.
Atas kebaikan yang seringkali disalah artikan.
Atas doa-doa yang senantiasa dipanjatkan setiap malam.
"..maka bersabarlah. dengan kesabaran yang baik.."(Al Ma'arij: 5)
Jumat, 21 November 2014
Kupendam, dalam diam
Kita hanya diam.
Sama-sama bungkam.
Diantara kita tidak ada dendam.
Namun jauh dibalik hatiku, ada duka bersemayam.
Kita kadang masih melempar senyum.
Tapi tak seikhlas dulu.
Tak setulus waktu itu.
Waktu kita tak hanya diam.
Adakah yang hilang?
Adakah yang kau lewatkan?
Adakah yang kau harap?
Adakah yang kau nanti?
Adakah yang kaurindu ?
Ada yang menahun kupendam.
Tenang saja, itu bukan dendam.
Hanya luka yang ku taburi dengan senyuman.
Iamasih kupendam, dalam diam..
Sama-sama bungkam.
Diantara kita tidak ada dendam.
Namun jauh dibalik hatiku, ada duka bersemayam.
Kita kadang masih melempar senyum.
Tapi tak seikhlas dulu.
Tak setulus waktu itu.
Waktu kita tak hanya diam.
Adakah yang hilang?
Adakah yang kau lewatkan?
Adakah yang kau harap?
Adakah yang kau nanti?
Adakah yang kau
Ada yang menahun kupendam.
Tenang saja, itu bukan dendam.
Hanya luka yang ku taburi dengan senyuman.
Ia
Selasa, 18 November 2014
Bumi, Matahari, dan Bintang Jatuh
Bumi telanlah cinta..
Sebagaimana dengan mudahnya kau tumbuhkan ia dari setitik kuncup yang liar.
Aku seperti melihat bintang jatuh,
Hanya memunculkan rindu, tak ingin melihat.
Mengapa matahari baru terlihat saat ia akan terbenam?
Sebagaimana dengan mudahnya kau tumbuhkan ia dari setitik kuncup yang liar.
Aku seperti melihat bintang jatuh,
Hanya memunculkan rindu, tak ingin melihat.
Mengapa matahari baru terlihat saat ia akan terbenam?
Rabu, 01 Oktober 2014
Mari menanti..
Ra, ketika rencana terbaik dariNya tiba, lalu kita bertanya "mengapa harus kita yang mengalami?" atau "apa hikmah dari semuanya?", mari menanti. Hingga nanti pada masanya, kamu akan tahu, bahwa hanya kita lah yang bisa menerima, memaklumi, dam mengimbangi semua perilaku, pemikiran, kata-kata, masa lalu, hingga masa depannya. Hanya kita yang mampu mendampinginya menjadi orang yang lebih baik.
Ra, setelah semua hal yang terjadi ini, kita akan sama-sama meninggalkan Jogja. Tempat yang terlalu panjang untuk dideskripsikan. Saksi kehidupan, saksi perjuangan. Kembali melangkah, dari satu takdir kehidupan, ke takdir kehidupan lainnya.. Mungkin diantara kita tidak akan pernah bertemu lagi, namun kau masih bisa menemuiku dalam doa-doamu. Akupun akan begitu...
Jogja, 1 Oktober 2014
Catatan 2 bulan terakhir sebelum meninggalkan Jogja
Ra, setelah semua hal yang terjadi ini, kita akan sama-sama meninggalkan Jogja. Tempat yang terlalu panjang untuk dideskripsikan. Saksi kehidupan, saksi perjuangan. Kembali melangkah, dari satu takdir kehidupan, ke takdir kehidupan lainnya.. Mungkin diantara kita tidak akan pernah bertemu lagi, namun kau masih bisa menemuiku dalam doa-doamu. Akupun akan begitu...
Jogja, 1 Oktober 2014
Catatan 2 bulan terakhir sebelum meninggalkan Jogja
Langganan:
Postingan (Atom)